BERIKAN KOMENTAR YANG BERKUALIATAS UNTUK BLOG INI

Memberi komentar merupakan cermin membaca yang baik.

Blog Ini Bebas Dari VIRUS-TROJAN-WORM

Apabila ada kerusakan dalam link download. mohon dilaporkan kepada pihak admin dengan cara Komentar di post tersebut pihak admin akan segera mengganti link yang rusak "Secepatnya"

Mau Ngeblog?

Mampir ke www.rafisl.blogspot.com

Sponsor my Blog

Terima kasih yang sudah mendung blog ini semoga sukses dikemudian hari :)

Terima kasih sudah berkunjung

Hayoo ada yang ketinggalan ga? follow dulu lah kalau mau out :P

Rabu, 06 Januari 2016

Tugas Softskill 4



1. Sebutkan dan jelaskan properti sistem yang memberikan keamanan untuk sebuah system!
Jawab:

Properti Sistem Yang Memberikan Keamanan. Sebuah system harus mempunyai tiga property (sifat), yaitu :
· Integritas, system akan mempunyai integritas bila ia berjalan menurut spesifikasinya. Perancang system berusaha untuk mengembangkan system yang mempunyai integritas fungsional, yaitu kemampuan untuk melanjutkan operasi, apabila salah satu atau lebih dari komponennya tidak berjalan.
· Audibilitas, ia akan bersifat audible jika ia memiliki visibilitas dan accountability (daya perhitungan). Bila system memiliki audibilitas maka mudah bagi seseorang untuk memeriksa, memverifikasi atau menunjukkan penampilannya.
· Daya kontrol, daya kontrol memungkinan manajer untuk menangani pengerahan atau penghambatan pengaruh terhadap system. Teknik yang efektif untuk mendapatkan daya kontrol system ini adalah dengan membagi system menjadi subsistem yang menangani transaksi secara terpisah.

2. Komputer yang ada dalam jaringan memberikan peluang resiko keamanan yang lebih besar daripada komputer yang ada didalam suatu ruangan. Sebut dan  jelaskan Area control untuk komunikasi data !
Jawabannya :

Komunikasi Data (Data Communication) Komputer yang ada dalam jaringan memberikan peluang resiko keamanan yang lebih besar dari pada komputer yang ada didalam suatu ruangan. Area kontrol ini terdiri dari:
- Kontrol pengiriman pesan
- Kontrol saluran (channel) komunikasi
- Kontrol penerimaan pesan
- Rencana pengamanan datacom secara menyeluruh

3. Prototype dapat memberikan ide bagi pembuat dan pemakai potensial tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya, proses akan menghasilkan prototype (prototyping), Sebut dan Jelaskan jenis – jenis prototype !
Jawabannya:
Prototype jenis 1 Mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Mengembangkan prototipe. Menentukan apakah prototipe dapat diterima. Menggunakan prototipe.
Prototipe jenis 2 merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai alat cetak biru bagi sistem operasional. Pendekatan ini dilakukan jika prototipe tersebut hanya dimaksudkan untuk tampilan seperti sistem operasional dan tidak dimaksudkan untuk memuat semua elemen penting.
Tiga langkah pertama dalam pengembangan prototipe jenis 2 sama seperti untuk prototipe jenis 1. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
- Mengkodekan sistem operasional.
- Menguji sistem operasional.
- Menentukan jika sistem operasional dapat diterima.
- Menggunakan sistem operasional.

4. Sebut dan Jelaskan sumber daya informasi perusahaan !
Jawabannya :

Macam-macam Sumber Daya Informasi :
1. HARDWARE (PERANGKAT KERAS) Hardware merupakan element dari sistem computer. Merupakan perangkat yang dapat lihat dan dapat sentuh secara fisik, seperti perangkat masukan, perangkat pemroses, maupun perangkat keluaran.

2. SOFTWARE (PERANGKAT LUNAK) Merupakan sekumpulan perintah yang dijalankan (atau dieskusi) oleh komputer. Program komputer ini terdiri dari susunan logika untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu di komputer. Melibatkan berbagai komponen dalam computer, seperti system operasi, program, dan data yang disimpan atau dibaca. Logika yang ada dalam perangkat lunak tersebut disusun sedemikian rupa sehingga computer dapat memahami dan menjalankan instruksi yang terkandung didalamnya.

3. SPESIALIS INFORMASI Spesialisasi informasi (information specialist) untuk mengambarkan pegawai perusahaan yang sepenuh waktu bertanggung jawab mengembangkan dan memelihara system berbasis komputer.

4. PEMAKAI (MANUSIA) End user sinonim dengan pemakai, ia menggunakan produk akhir suatu sistem berbasis komputer. Jadi, end-user computing (EUC) adalah pengembangan seluruh atau sebagian sistem berbasis komputer oleh para pemakai.
5. FASILITAS (MESIN) Fasilitas merupakan sumber daya untuk menyimpan dan mendukung sisem informasi, contohnya teknologi informasi. Dengan menggunakan fasilitas yang ada untuk menyimpan dan mendukung sumber daya tersebut.

6. DATABASE Basis data (database) adalah kumpulan dari berbagai data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Basis data tersimpan di perangkat keras, serta dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak. Pendefinisian basis data meliputi spesifikasi dari tipe data, struktur dan batasan dari data atau informasi yang akan disimpan. Database merupakan salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis dalam menyediakan informasi pada para pengguna atau user.

7. INFORMASI Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata. Atau data adalah representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai, mahasiswa, pelanggan), hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dll, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, symbol, teks, gambar, bunyi atau kombinasinya.

5. Sebut dan jelaskan 6 tahap dasar untuk mencapai manajemen mutu !
Jawabannya :
Tahapan – tahapannya :
1.      Mengidentifikasikan pelanggan IS
2.      Menentukan kebutuhan kualitas
3.      Menetapkan metrik kualitas
4.      Menentukan strategi kualitas IS
5.      Menerapkan program kualitas IS
6.      Memantau kinerja kualitas IS



DAFTAR PUSTAKA
https://arifashkaf.wordpress.com/2015/01/08/tugas-softskill-minggu-ke-4-sistem-informasi-manajemen/
http://dhie202.blogspot.co.id/2014/01/sistem-informasi-manajemen-iv.html
http://dindanurayu4.blogspot.co.id/2015/01/sistem-manajemen-informasi-ke-4.html

Minggu, 03 Januari 2016

Tugas Jurnal Penulisan ( Rafi syaksena lazuardy_38114739 )



Penerapan Sistem Pembelian Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada
Perusahaan Manufaktur
Rafi Syaksena Lazuardy
Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424
rafisyaksena57@Gmail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui tentang Sistem Just In Time (JIT) Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas yaitu dengan cara pendekatan sistem Just In Time (JIT). Just In Time dikenal sebagai filosofi yang berfokus pada usaha-usaha untuk mengeliminasi segala bentuk pemborosan yang berupa aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value-added activity) dan meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah (value added activity). Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan akan dapat menekan pemborosan yang terjadi khususnya dalam pengelolaan persediaan.
Kata Kunci : Sistem just In Time (JIT)


PENDAHULUAN
 1. Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi dan komunikasi tumbuh dengan sangat pesat. Hal tersebut membuat persaingan di dunia bisnis semakin ketat di tengah kondisi perekonomian dunia yang terus berkembang dengan cepat. Persaingan bisnis ini membuat perusahaan melakukan investasi yang terlalu besar atas persediaan bahan baku dan kurang efektifnya keputusan yang diambil dalam menentukan tingkat persediaan bahan baku. Hal ini seringkali menjadi alasan utama kurang efisiennya biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan untuk setiap produksi yang dijalankannya.
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas yaitu dengan cara pendekatan sistem Just In Time (JIT). Just In Time dikenal sebagai filosofi yang berfokus pada usaha-usaha untuk mengeliminasi segala bentuk pemborosan yang berupa aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value-added activity) dan meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah (value added activity). Dengan menerapkan strategi ini, perusahaan akan dapat menekan pemborosan yang terjadi khususnya dalam pengelolaan persediaan.
Sistem Just In Time (JIT) dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan, yaitu aktivitas pembelian, produksi, dan distribusi. Aktivitas pembelian atau pengadaan barang dalam suatu perusahaan baik berupa pembelian barang dagangan ataupun barang untuk kepentingan produksi merupakan salah satu aktivitas utama yang terjadi secara rutin dan berkesinambungan. Sebagai aktivitas rutin, peluang untuk terjadinya pemborosan (waste) sangat besar sekali. Untuk itu Just In Time (JIT) pada aktivitas pembelian akan berusaha mengurangi atau bahkan mengeliminasi pemborosan (waste) tersebut. Just In Time Purchasing dibutuhkan karena mensyaratkan para pemasok untuk mengirimkan bahan baku tepat pada waktunya dan dalam jumlah yang tepat pula untuk diproduksi.
Pengiriman bahan baku oleh pemasok yang tepat waktu dan dalam jumlah yang tepat menyebabkan perusahaan mempunyai kemampuan untuk menghadapi permintaan konsumen akan kualitas produk yang lebih baik, sehingga perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya. Sistem pembelian Just In Time juga dapat meningkatkan efisiensi karena nilai persediaan diusahakan menjadi seminimal mungkin atau bahkan nol, sehingga aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat dikurangi atau dieliminasi dan aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah dapat ditingkatkan, karena di dalam persediaan itu terkandung nilai uang, tempat penyimpanan, dan tenaga kerja yang jika ditumpuk hanya akan menimbulkan pemborosan.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manfaat penerapan sistem pembelian Just In Time (JIT) untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada perusahaan manufaktur.

3. Rumusan Masalah
Kelemahan Just In Time (JIT) adalah tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen. Sistem Just In Time (JIT) ini juga sangat tergantung terhadap pemasok. Jika pada saat perusahaan memerlukan bahan baku dari pemasok, tetapi pada saat itu pemasok tidak mempunyai persediaan bahan baku yang cukup

4. Harapan
Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang penerapan sistem pembelian Just In Time (JIT) untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada perusahaan manufaktur.

METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan penulisan ini, penulis menggunakan cara
pengumpulan data melalui :
·  Tahap pengumpulan data Pada tahap ini terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :
a) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
b) Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
c) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.6
d) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
e) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
f) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
g) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan.
h) Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

PEMBAHASAN
1. Definisi Just In Time (JIT)
Menurut Hansen & Mowen (2001:591), Just In Time (JIT) merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan bahwa produk-produk harus ditarik dari seluruh sistem dengan adanya permintaan, dan bukannya mendorong seluruh sistem dengan skedul yang tetap untuk mengantisipasi permintaan.
Just In Time (JIT) merupakan sistem produksi yang komprehensif dan sistem manajemen persediaan dimana bahan baku dibeli dan diproduksi sebanyak yang dibutuhkan serta digunakan pada saat yang tepat dalam setiap proses produksi (Blocher, dkk., 2002:113; dalam Kuzatmono, 2008).
Just In Time (JIT) dapat berarti banyak hal yang berbeda-beda bagi masyarakat, baik masyarakat bisnis maupun masyarakat umum. Beberapa pihak menganggap Just In Time (JIT) adalah suatu pendekatan; bagi pihak lain JIT adalah suatu metodologi, atau suatu filosofi, atau suatu konsep atau suatu strategi (Schniederjans, 1993:4; dalam Soewarno, 2005).4
Menurut (Agustina, dkk., 2007) secara garis besar Just In Time (JIT) ada dua macam, yaitu Just In Time Purchasing dan Just In Time Production. Menurut Gaspersz (2001:37; dalam Kuszatmono, 2008), Just In Time Purchasing adalah sistem pembelian barang dengan jumlah dan waktu yang tepat sehingga barang tersebut dapat segera diterima untuk memenuhi permintaan atau untuk digunakan. Sedangkan Just In Time Production adalah sistem produksi yang prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen.

2. Tujuan Just In Time (JIT)
Menurut Hansen & Mowen (2005:478), Just In Time (JIT) memiliki dua tujuan strategis, yaitu untuk meningkatkan laba dan untuk memperbaiki posisi bersaing perusahaan. Kedua tujuan ini dapat dicapai dengan mengendalikan biaya (yang memungkinkan persaingan harga yang lebih baik dan peningkatan laba), memperbaiki kinerja pengiriman dan meningkatkan kualitas.
Menurut Gaspersz (2001:23; dalam Kuszatmono, 2008) tujuan Just In Time (JIT) adalah “... untuk menghasilkan produk pada tingkat kualitas dan kuantitas yang prima, melalui cara yang paling efisien dan ekonomis, serta tepat waktu yaitu pada saat produk tersebut dibutuhkan oleh konsumen”.

3. Manfaat Just In Time (JIT)
Manfaat Just In Time (Indiscribd, 2009):
a) Berkurangnya persediaan – Biaya “berkurang”, investasi pada persediaan.
b) Meningkatnya pengendalian mutu – Pemasok lebih komit.
4. Prinsip Dasar Just In Time (JIT)
Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):
a) Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
b) Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari perencanaan dan jeda waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
c) Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.6
d) Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
e) Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasi dan dikoreksi sedini mungkin.
f) Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
g) Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. 7
Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-pastian harus bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan.
h) Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek. Melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

5. Karakteristik Dasar Just In Time (JIT)
Hansen & Mowen (2005:479) menyatakan ada beberapa karakteristik dasar Just In Time (JIT):
a) Tata letak pabrik
Just In Time (JIT) mengganti tata letak pabrik tradisional ini dengan suatu pola sel manufaktur. Sel manufaktur terdiri dari mesin-mesin yang dikelompokkan dalam kumpulan, biasanya dalam bentuk setengah lingkaran. Mesin-mesin diatur sehingga mereka dapat digunakan untuk melakukan berbagai operasi secara berurutan. Tiap sel dipersiapkan untuk menghasilkan produk atau kumpulan produk tertentu. Produk dipindah dari satu mesin ke yang lainnya dari awal hingga selesai. Para pekerja ditugaskan pada sel-sel dan dilatih untuk mengoperasikan semua mesin dalam sel.
b) Pengelompokkan dan pemberdayaan karyawan
Pelatihan pekerja sel untuk melakukan tugas-tugas ganda juga memiliki pengaruh pada relokasi dukungan pelayanan pada sel. Sebagai 8
tambahan dari pekerjaan produksi langsung, para pekerja sel dapat melakukan tugas persiapan, memindahkan barang setengah jadi dari bagian ke bagian lain dalam sel, melakukan perawatan pencegahan dan perbaikan kecil, melakukan inspeksi kualitas, dan melakukan tugas pembersihan. Kemampuan multitugas ini secara langsung berhubungan pada pendekatan tarikan melalui produksi.

c) Total quality control
Just In Time (JIT) perlu memberikan tekanan yang lebih kuat pada pengelolaan kualitas. Total quality control pada intinya adalah suatu pengerjaan tanpa henti untuk suatu kualitas sempurna, usaha untuk mendapatkan suatu desain produk dan proses manufaktur tanpa cacat.
d) Ketelusuran biaya overhead
Suatu sistem pembiayaan menggunakan tiga metode untuk membebankan biaya pada produk individual: penelusuran langsung, penelusuran penggerak, dan alokasi. Dari ketiga metode, penelusuran langsung adalah yang paling akurat dan, sehingga, lebih disukai daripada dua metode lainnya.
e) Pengaruh persediaan
Just In Time (JIT) umumnya menurunkan persediaan hingga tingkat yang sangat rendah. Pencapaian terhadap tingkat yang tidak signifikan dari persediaan adalah vital bagi kesuksesan Just In Time. Just In Time (JIT) menolak untuk menggunakan persediaan sebagai solusi dari masalah-masalah ini. Bahkan, persediaan tidak hanya dipandang sebagai pemborosan namun sebagai sesuatu yang langsung berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk bersaing.9

6. Definisi Sistem Pembelian Just In Time (Just In Time Purchasing)
Menurut Hansen & Mowen (2005:477), konsep pembelian JIT (Just In Time Purchasing) yang mensyaratkan para pemasok untuk mengirimkan suku cadang dan bahan baku tepat pada waktunya untuk produksi. Sistem pembelian Just In Time (JIT) merupakan bagian yang sangat kritis dalam keseluruhan sistem Just In Time (JIT) karena melibatkan pihak luar, yaitu pemasok (Agustina, dkk., 2007).
Pembelian Just In Time (JIT) dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara sebagai berikut (Agustina, dkk., 2007) :
a) Mengurangi jumlah pemasok, sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pemasok.
b) Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi melalui kontrak jangka panjang dengan pemasok, menyangkut persyaratan pembelian, kualitas bahan dan harga yang wajar.
c) Memiliki pembeli atau konsumen dengan program pembelian yang mapan. Rencana pembelian yang mapan oleh pembeli atau konsumen, dapat memberikan informasi bagi pemasok mengenai persyaratan kualitas bahan dan saat penyerahan dengan tenggang waktu tertentu sesuai rencana produksi.
d) Mengeliminasi dan mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak menambah nilai bagi produk, seperti kegiatan dan biaya penyimpanan atau biaya pemindahan bahan dari gudang ke pabrik.
e) Mengurangi waktu dan biaya program pemeriksaan kualitas. Pemilihan pemasok yang dapat menjamin ketepatan waktu, jumlah dan kualitas barang yang dibeli dapat mengurangi waktu dan biaya pemeriksaan.
HASIL
Dengan menerapkan Just In Time (JIT) pada fungsi pembelian, maka kinerja perusahaan akan menjadi lebih baik karena perusahaan dapat mengontrol persediaannya. Efisiensi dan produktivitas memberikan informasi jangka pendek namun akan memberikan dampak jangka panjang terhadap kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis global di masa depan.


DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Y., Dewi, S., dan Ermadiani, 2008, Analisa Penerapan Sistem Just In Time untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas pada Perusahaan Industri, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 12, No. 1, Januari: 135-146.
Tjahjadi, B., 2001, Just- In-Time (JIT) Pusrchasing, Just-In-Time (JIT) Production System: Pengaruhnya terhadap Kinerja Produktivitas, Majalah Ekonomi, No. 3, Desember: 226-238.
Ciptani, 2000, Balance Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja Masa Depan: Suatu Pengantar, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 2, No. 1, Mei: 21-35.
Danfar, 2009, Definisi/Pengertian Efisiensi, 28 Maret.
Dumadia, 2009, Produktivitas, 22 Februari.
Hansen, D.R., dan Maryanne M.M., 2001, Manajemen Biaya, edisi pertama, Jakarta: Salemba Empat.26
Hayzer, J., dan Render, B., 2006, Manajemen Operasi, edisi ketujuh, Jakarta: Salemba Empat.
Indiscribd, 2009, Konsep Pengendalian Persediaan – Just In Time (JIT), diakses 27 November 2009, http://indiscribd.blogspot.com/2009/04/konsep-pengendalian-persediaan-just-in.html.
Indrabayu, F.D., 2003, Penerapan Just In Time Purchasing sebagai Alternatif Pengendalian Bahan Baku pada PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Grati Pasuruan, 26 Juli.
Jaelani, E., 2009, Just In Time, 2 Februari.
Kuszatmono, B.S., 2008, Penerapan Just In Time Purchasing System pada Fungsi Pembelian untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan pada PT. Varia Usaha Beton di Sidoarjo, Sripsi tidak dipublikasikan, Surabaya: Universitas Airlangga.
Mangkuprawira, S., Kriteria Penilaian Produktivitas dan Mutu, 13 Februari.
Narsa, I.M., 1999, Sistem Pembelian Just In Time: Karakteristik, dan Dampaknya terhadap Kualitas, Majalah Ekonomi, No. 1, April: 16-28.
Soewarno, N., 2005, Just In Time (JIT) sebagai Upaya untuk Meningkatkan Competitive Advantage, Majalah Ekonomi, No. 3A, Desember: 425-440.